The Legend Of Goa Kreo

The Legend Of Goa Kreo - The Legend Of Kreo adalah event (teater) yang menceritakan tentang Goa Kreo pada jaman Sunan Kali Jaga. Dahulunya Kanjeng Sunan Kali Jaga membawa kayu jati untuk tiang Masjid Agung Demak dari sebuah hutan yang terdapat kayu jati besar. Namun pada saat memotong kayu jati tersebut sunan kali jaga seperti dipermainkan, pasalnya kayu jati yang akan dipotong tersebut berpindah-pindah tempat dan pada saat ini lokasi tersebut dinamai Jatingaleh. Setelah Kanjeng Sunan Kali Jaga berasil memotongnya, kayu tersebut di hanyut kan di sebuah kali. Pada perjalan membawa kayu tersebut sunan kali jaga mengalami masalah, pasalnya kayu tersebut tak bisa hanyut dikarenakan tersangkut di kali kreo. Di tempat ini kemudian Kanjeng Sunan memutuskan untuk berhenti. Bersemedi, di dalam Goa, memohon petunjuk pada Sang Kuasa agar dapat menyelesaikan tugas negara yang diembannya. Selepas itu dikumpulkannya seluruh rombongan di puncak bukit di atas Goa, menggelar Doa dan selamatan agar tak ada lagi aral yang melintang. Bekas sujen ( tusuk sate ) Sunan Kalijaga yang ditancapkan tumbuh menjadi “bambu krincing”yang beraroma “prengus wedus” (bau kambing), ikan yang tinggal kepala dan duri sisa santapan konon juga ada di Kali Kreo. Selama di Kreo ini Kanjeng Sunan juga dibantu oleh tiga ekor kera merah, hitam dan putih yang selanjutnya disuruh merawat/memelihara kawasan ini. Dari kata inilah sebutan Kreo kita kenal kemudian.


 Gambar 1.1 


Gambar 1.2


Gambar 1.3




Lihat Video Amatirnya



Wisata Gereja Blenduk Semarang

Wisata Gereja Blenduk Semarang - Gereja Blenduk (kadang-kadang dieja Gereja Blendug dan seringkali dilafazkan sebagai mBlendhug) adalah Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di kota itu pada 1753, dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel, di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Gereja ini direnovasi pada 1894 oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde, yang menambahkan kedua menara di depan gedung gereja ini. NamaBlenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah. Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa kolonial Belanda.

Daftar Pendeta

Berikut ini adalah daftar pendeta yang bertugas di gereja ini sejak gereja ini dibangun hingga saat ini. Daftar ini dapat ditemukan di inskripsi yang terdapat di dinding gedung gereja.[1]
  1. Johannes Wilhelmus Swemmelaar (1753 – 1760)
  2. David Daniel van Vianen (1760 – 1762)
  3. Simon Gideon (1762 – 1766)
  4. Cornelius Coetzier (1766 – 1772)
  5. Jonas van Pietersom Ramring (1767 – 1770)
  6. Johannes Lipsius (1772 – 1776)
  7. HermanusWachter (1777)
  8. Fredericus Montanus (1778 – 1814)
  9. Gottlob Bruckner (1814 – 1816)
  10. Dr. Diederik Lenting (1816 – 1817)
  11. Gerardus van den Bijllaard (1819)
  12. Dr. Diederik Lenting (1819 – 1820)
  13. Gerardus van den Bijllaard (1820 – 1821)
  14. Dominicus Anne Manstra (1821-27 RIP)
  15. Pieter van Laren (1828 – 1836)
  16. Cornelis Pieter Lammers van Toorenburg (1836 – 1840)
  17. Johannes Hendrik van Rossum (1840 – 1843)
  18. Frederik Ulrich van Hengel (1843)
  19. Hendrik Herman Schiff (1844 – 1847)
  20. Jan Jurrien Scheuer (1847 – 1851)
  21. Frederik Corneille van der Maar van Kulleler (1851 – 1864)
  22. Frederik Ulrich van Hengel (1860 – 1871)
  23. Pieter Leonard de Gaay Fortman (1864 – 1866)
  24. Joseph Karel Kam (1866 – 1869)
  25. Albert van Davelaar (1869 – 1873)
  26. Barend Johannes Ovink (1871 – 1872)
  27. Frederic Johan Jacobus Prins (1872 – 1875)
  28. Caspar Adam Laurens van Trootensburg de Bruijn (1873)
  29. Hendrik Sanders Balsem (1873 – 1874)
  30. Haijte van Ameijdem van Duijm (1874 – 1885)
  31. Barend Johannes Ovink (1875 – 1888)
  32. Jan Faber (1885 – 1887)
  33. Ijnze Radersma (1886 – 1889)
  34. Haijte van Ameijdem van Duijm (1887 – 1890)
  35. Willem Mallinckredt (1899 – 1894)
  36. Dr.Wouterus van Lingen (1890 – 1895)
  37. Cornelis Rogge (1892 – 1894)
  38. Abraham Samuel Carpentier Alting (1895 – 1897)
  39. Willem van Griethuijsen (1895 – 1897)
  40. Dr.Wouterus van Lingen (1897)
  41. Joan Frederic Verhoeff (1897 – 98)
  42. Johan Hendrik Christiaan Israel (1898 – 1899)
  43. Johannes Cornelis Ijsbrand Bussingh de Vries (1898 – 1900)
  44. Joan Frederic Verhoeff (1899 – 1904)
  45. Dr.Aart Christian van Leeuwen (1900 – 1904 RIP)
  46. Johannes Cornelis Ijsbrand Bussingh de Vries (1904 – 1904)
  47. Johan Hendrik Christiaan Israel (1903)
  48. Jean Henri de Vries (1904 – 1907)
  49. Dr.Wouterus van Lingen (1904 – 1906)
  50. Ari Adama (1905 – 1905)
  51. Joan Frederic Verhoeff (1907 – 1908)
  52. Tonke Pilon (1908 – 1910)
  53. Evert van Loon (1909 – 1910)
  54. Richeld Willem Frans Kyftenbelt (1910 – 1911)
  55. Georg Hennemann (1910 – 1911)
  56. Johannes Mechtelinus Coops (1911 – 1912)
  57. Abraham Hagedoorn (1911 – 1919)
  58. Warner van Griethuysen (1912 – 1914)
  59. Jan Brink (1914 – 1921)
  60. Dirk Jacobus Leepel (1919 – 1920)
  61. Bernardus Johannes Audier (1920 – 22)
  62. Johannes Mechtelinus Coops (1921 – 1927)
  63. Gerrit Jan Reindert Langen (1922 – 1928)
  64. Johannes Arnoidus Rudolf Terlet (1927 – 1929)
  65. Gijsbert Cornelis Anton Adriaan van den Wijngaard (1928 – 1930)
  66. Bernardus Matthijs van Tangerloo (1930 – 1933)
  67. Hermanus Sterrenga (1930 – 1931)
  68. Johannes Matthijs Lindeijer (1931 – 1934)
  69. Karel Frederik Creutzberg (1933 – 1934)
  70. Jacques Louis Brinkerink (1934)
  71. Cornelis Bastiaan Boere (1934 – 1936)
  72. George Willem Cornelis Vunderink (1935 – 1941)
  73. Wijsbrands Gerardus Redingius (1935 – 1940)
  74. Karel Frederik Creutzberg (1936 – 1940)
  75. Johana Hermina Stegeman (1940 – 1941)
  76. Floris Egbertus van Leeuwen (1940 – 1943)
  77. Johan Carel Hamel (1941 – 1942)
  78. Eppa Smith (1945 – 1946)
  79. Casper Spoor (1946 – 1949)
  80. W.H.F. Ter Braak (1947 – 1949)
  81. Eppa Smith (1949 – 1954)
  82. de Haart (1954 – 1960)
  83. Richard Palii (1954 – 1960)
  84. Willem Bernard Warouw (1960 – 1963)
  85. Augustinus Roberth Molle (1963 – 1967)
  86. Jan Frederick Hattu (1967 – 1978)
  87. Rein Robert Daada (1978 – 1984)
  88. Yopie Hukom, S.Th. (1984 – 1988)
  89. Theofilus Natumnea, S.Th. (1988 – 1992)
  90. Rudolf Andreas Tendean, S.Th. (1992 – 1995)
  91. Markus Kurami Tumakaka, S.Th. (1995 – 1998)
  92. Meyer Meindert Pontoh, S.Th. (1998 – 2004)
  93. Dra Ny M Nanlohy L, (2004 - 2009)
  94. Robert Williem Maarthin S.Th M.Ag, (2009 - sekarang)

Wisata Kota Lama Semarang

Kota Lama Semarang - Kota Lama Semarang adalah suatu kawasan di Semarang yang menjadi pusat perdagangan pada abad 19-20 . Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng Vijhoek. Untuk mempercepat jalur perhubungan antar ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai : Heeren Straat. Saat ini bernama Jl. Let Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut De Zuider Por.


Kawasan Kota Lama Semarang disebut juga Outstadt. Luas kawasan ini sekitar 31 hektare. Dilihat dari kondisi geografi, nampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga nampak seperti kota tersendiri, sehingga mendapat julukan "Little Netherland". Kawasan Kota Lama Semarang ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad, dan lokasinya berdampingan dengan kawasan ekonomi. Di tempat ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri dengan kokoh dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang. ==Bangunan di Kota Lama Semarang==Secara umum karakter bangunan di wilayah ini mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah
Seperti kota-kota lainnya yang berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda, dibangun pula benteng sebagai pusat militer. Benteng ini berbentuk segi lima dan pertama kali dibangun di sisi barat kota lama Semarang saat ini. Benteng ini hanya memiliki satu gerbang di sisi selatannya dan lima menara pengawas. Masing-masing menara diberinama: Zeeland, Amsterdam, Utrecht, Raamsdonk dan Bunschoten. Pemerintah Belanda memindahkan pemukiman Cina pada tahun 1731 di dekat pemukiman Belanda, untuk memudahkan penga- wasan terhadap segala aktifitas orang Cina. Oleh sebab itu, Benteng tidak hanya sebagai pusat militer, namun juga sebagai menara pengawas bagi segala aktifitas kegiatan orang Cina.

Wisata Monumen Tugu Muda


Monumen Tugu Muda - Tugu Muda adalah sebuah monumen yang dibuat untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur dalam Pertempuran Lima Hari diSemarang. Tugu Muda ini menggambarkan tentang semangat berjuang dan patriotisme warga semarang, khususnya para pemuda yang gigih, rela berkorban dengan semangat yang tinggi mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
Tugu Muda berbentuk seperti lilin yang mengandung makna semangat juang para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan RI tidak akan pernah padam. Bentuk Tugu muda merupakan tugu yang berpenampang segi lima. Terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu landasan, badan dan kepala. Pasa sisi landasan tugu terdapat relief. Keseluruhan tugu dibuat dari batu. Untuk memperkuat kesan tugunya, dibuat kolam hias dan taman pada sekelilingtugu.
Untuk mempercantik Tugu Muda, dibangunlah sebuah taman yang mengelilingi Tugu Muda. Di taman ini di beri beberapa ornamen supaya tugu muda dapat dijadikann sebagai taman kota, antara lain ada air mancur, lampu-lampu warna putih dan kuning yang akan menambah kesan anggun di malam hari. Pada taman terdapat pohon cemara, duplikasi senjata bambu runcing yang tegak berdiri berjajar sebanyak 5 (lima) buah yang menggambarkan Pertempuran lima hari di Semarang dengan bersenjatakan bambu runcing.
Pada bagian kaki tugu terdapat relief dengan lima buah sangga pilar,yang kecuali dipergunakan untuk menggambarkan berbagai macam relief,juga dimaksudkan sebagai lambang Pancasila. Pada tiap-tiap sangga terdapat hiasan-hiasan yang berbeda satu dengan yang lain yaitu:
  • Relief Hongerodeem
Menggambarkan kehidupan rakyat Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang yang sangat tertindas dan banyak yang menderita kelaparan,hingga hongerodeem atau penyakit busung lapar merajalela di kalangan masyarakat.
  • Relief Pertempuran
Menggambarkan betapa besar gelora semangat serta keberanian para pemuda Semarang dalam mempertahankan kemerdekaan negara dan bangsanya.
  • Relief Penyerangan
Melambangkan perlawanan rakyat Indonesia terhadap pihak penjajahan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
  • Relief Korban
Menggambarakan bahwa dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang,banyak rakyat yang menjadi korban.
  • Relief Kemenangan
Menggambarkan hasil jerih payah dan pengorbanan yang telah membasahi bumi kota Semarang.
Sejarah Pembangunan
Tugu ini didirikan untuk mengenang peristiwa Pertempuran Lima hari di Semarang[1]. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 28 Oktober 1945, oleh Mr. Wongsonegoro (Gubernur Jawa Tengah) pada lokasi yang direncanakan semula yaitu didekat Alun-alun. Namun karena pada bulan Nopember 1945 meletus perang melawan Sekutu dan Jepang, proyek ini menjadi terbengkalai. Kemudian tahun 1949, oleh Badan Koordinasi Pemuda Indonesia (BKPI), diprakarsai ide pembangunan tugu kembali, namun karena kesulitan dana, ide ini jugaa belum terlaksana. Tahun 1951WalikotaSemarangHadi Soebeno Sosro Wedoyo, membentuk Panitia Tugu Muda, dengan rencana pembangunan tidak lagi pada lokasi alun-alun, tetapi pada lokasi tempat terjadinya peristiwa pertempuran lima hari di semarang yakni di pertemuan Jl. Pemuda, Jl. Imam Bonjol, Jl. Dr. Sutomo, dan Jl. Pandanaran dengan Lawang Sewu seperti lokasi sekarang ini. Akhirnya pada tanggal 10 Nopember 1951Gubernur Jawa Tengah Boediono meletakkan batu pertama di lokasi yang baru ini.
Tugu muda diresmikan pada tanggal 20 Mei 1953, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, oleh Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia. Desain tugu dikerjakan oleh Salim, sedangkan relief pada tugu dikerjakan oleh seniman Hendro.[2] Batu yang digunakan antara lain didatangkan dari Kaliurang dan Paker.
Bangunan yang berada disekitar tugumuda adalah Lawang Sewu, Gedung Pandanaran, Rumah Dinas Gubernur Jawa TengahMuseum Mandala Bhakti dan Gereja Katedral Semarang.

Rumah Tani Desa Kandri

Rumah Tani ini ada adalah tempat untuk perkumpulan para petani dan untuk rapat-rapat kecil tokoh desa. Dibuat dengan nuansa pedesaan tempat ini sangat nyaman untuk perkumpulan dll. Tempat ini bersebelah dengan Sendang Jambu dan dikelilingi oleh sawah dan kolam ikan. Waktu sore tempat ini sangat ramai banyak anak-anak kecil yang bermain burung dara dan bermain di sekitar kolam ikan.

Sego Kethek

Sego Kethek -- Sego Kethek yaitu nasi, ada oseng-oseng daun singkong yang di campur ikan teri dan belut sedikit, ada tahu ,tempe ,telur dadar dan  ikan asin.

Pasti rasanya istimiwiiirrrrrrr !!!!
Enggak usah banyak mikir..... rasanya di jamin sedap sedap sedap #macamipin wkwk :v

langsung aja.... cuma ada di Desa Wisata Kandri !!

ADVENTURE RIVER TUBING “ NGINTIR KALIJOGO “

Tau Rafting kan kalian ?:D
naah kalian tidak usah jauh-jauh sampai luar kota untuk mencicipi wisata yang satu ini NB:bagi yang rumahnya semarang :p
Yang dari luar kota mari Visit Desa Wisata Kandri :D
Desa Wisata Kandri tidak kalah menarik dengan wisata wisata yang lainya. Salah satu nya Rafting Ngintir Kali Jogo. Dimana nanti kita akan mengarungi sungai dimana pada jaman dahulu sungai tersebut adalah sungai untuk membawa kayu jati ke Demak oleh Kali Jogo.

Gambar 1.0 - Pengarahan skiper

Gambar 1.2


Gambar 1.3 


Gambar 2.1


Gambar 2.2 - Formasi naga


Gambar 2.3 


Gambar 3.1


Gambar 3.2


Gambar 3.3


Gambar 4.1


Gambar 4.2


Gambar 4.3



== Program Acara ==

- Kegiatan olahraga rekreasi adventure susur Sungai Kali Jogo
- Kegiatan napaktilas perjalanan sunan kalijogo membawa kayu jati menuju Masjid Agung Demak
- Perjalanan kurang lebih 2jam
- Kegiatan wisata adventure dengan pemandu profesional

== Penawaran Acara ==

- Pemandu / Skiper
- Makan ala Desa Wisata
- Coffe break ala desa
- Alat safety
- Break dan home stay selama kegiatan
- Angkutan desa
- Dokumentasi (Soft Copy)

== Paket Yang Ditawarkan ==

- Paket @1 orang  Rp.100.000,-net/min 6 orang

Untuk informasi dan pemesanan bisa hubungi Contact Person dikanan atas. Terimakasih